Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang Masalah
Indonesia
dianugerahi sumber daya alam yang berlimpah termasuk bahan galian pertambangan
dan Indonesia memiliki ketergantungan tinggi terhadap pemanfaatan bahan galian
pertambangan tersebut sebagai modal pembangunan, dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat
(3) dinyatakan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat”. Sektor pertambangan di Indonesia merupakan sektor yang berfungsi
mendapatkan devisa Negara paling besar, namun keberadaan kegiatan dan/atau
usaha tambang di Indonesia kini banyak dipersoalkan oleh berbagai kalangan
namun dalam implementasinya, Negara sering dihadapkan pada kondisi dilematis
antara pemanfaatan optimal dengan kerugian lingkungan dan sosial.
Dibumi
ini terdapat banyak sekali kandungan sumber daya alamnya,diantarannya, yaitu
batuan dan bahan tambang. Batuan dan bahan tambang mempunyai manfaat yang
sangat penting bagi kehidupan manusia. Batuan merupakan kumpulan dari satu atau
lebih mineral, batuan penyusun kerak bumi berdasarkan kejadiannya, tekstur, dan
komposisi mineralnya.
Batuan
dan mineral merupakan sumber daya alam yang banyak dibutuhkan dan digunakan
untuk kehidupan manusia dan bahan dasar industri. Batuan terbentuk dari
kumpulan magma yang membeku dipermukaan bumi dan berakhir menjadi berbagai
jenis batuan. Sedangkan mineral terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi
kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom yang tersusun secara
teratur, mineral merupakan komponen batuan yang membentuk lapisan kerak bumi.
Bahan tambang di Indonesia terdapat di darat dan di laut. Bahan tambang jika
diolah memerlukan modal yang banyak (padat modal), tenaga ahli (padat
karya), dan banyak menghasilkan resiko ataupun bahaya bagi pekerja maupun
lingkungan itu sendiri (padat resiko). Dalam bab ini, Penulis ingin
membahas mengenai “Eksploitasi Batukapur”
1.2
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang ingin disampaikan sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengertian bahan galian
batukapur?
2.
Bagaimana proses penambangan bahan
galian batukapur?
3.
Bagaimana proses pengolahan bahan galian
batukapur?
1.3
Tujuan Masalah
Adapun
tujua masalah yang ingin saya sampaikan sebagai berikut:
1.
Mengetahui pengertian bahan galian
batukapur
2.
Mengetahui proses penambangan bahan
galian batukapur
3.
Mengetahui proses pengolahan bahan
galian batukapur
1.4
Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat penulisan yang ingin saya sampaikan sebagai berikut:
1.
Sebagai bahan pembelajaran matakuliah bagi
mahasiswa yang belum diketahui oleh mahasiswa.
2.
Sebagai tambahan referensi bagi institusi untuk menambah wawasan bahan
ajarnya bagi mahasiswa.
1.5
Batasan Masalah
Adapun
batasan masalah dari karya tulis yang saya ingin sampaikan sebagai berikut
1.
Karya tulis berikut tidak menampilkan
dampak lingkungan dan sosial akibat penambangan bahan galian batukapur.
2.
Karya tulis berikut tidak menampilkan
analisis ekonomi dan kemajuan arah penambangan dan pengolahan bahan galian
batukapur.
Bab II
Kajian Pustaka
2.1 Pengertian
Batukapur
Batukapur
(Gamping) merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh
sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan
bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk pertanian
dll. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang
terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan
cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari
kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda,
abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah
aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada
kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral
lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi
dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit
(MgCO3).
Kalsium
karbonat (CaCO3) dengan kemurnian dan kehalusan yang tinggi banyak diperlukan
dalam industri tapal gigi, cat, farmasi, kosmetik, karet, kertas, dan lain
lain, baik sebagai bahan dasar maupun bahan penolong. Untuk kebutuhan itu,
Indonesia masih mendatangkan CaCO3 dari luar negeri. Umumnya bahan
itu dibuat secara kimia dari suspensi kapur padam dan gas karbon dioksid. Di
Indonesia banyak terdapat batu kapur atau marmer yang berupa serpihan atau
butir kecil yang dibuang sia sia. Di samping itu, gas CO2 juga
banyak yang belum dimanfaatkan. Pembuangan kedua jenis bahan itu dapat
mencemari lingkungan. Oleh karena itu, kalau serbuk limbah marmer disuspensikan
dalam air dan direaksikan dengan CO2 akan diperoleh Ca(HCO) yang
tidak banyak tercampur zat pengotor. Selanjutnya Ca(HCO3)2 mudah
berubah menjadi CaCO3 murni. Pada penelitan ini akan direaksikan
suspensi batu kapur dan gas CO2 seperti pembentukan stalakmit dan
stalaktit di alam.
2.2 Mula
Jadi
Batukapur dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu
secara organik secara mekanik atau secara kimia sebagian batu kapur dialam
terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau rumah
kerang dan siput. Untuk batu kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya
bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara organik yang membedakannya
adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian terbawa
oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang
terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan
suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
2.3 Mineralogi
Batukapur dan dolomit merupakan batuan karbonat
utama yang banyak digunakan diindustri Aragonit yang berkomposisi kimia sama
dengan Kalsit (CaCO3) tetapi berbeda dengan struktur kristalnya,
merupakan mineral metas table karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah
menjadi Kalsit. Karena sifat fisika mineral-mineral karbonat hampir sama satu
sama lain, maka tidak mudah untuk mengidentifikasinya.
2.4
Identifikasi Batuan
Batugamping
merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak
jumlahnya.Batugamping itu sendiri terdiri dari batugamping non-klastik dan
batugamping klastik.
Batugamping
non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari Coelentrata,
Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batugamping ini sering juga disebut
batugamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral.
Batugamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batugamping non-klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari batugamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam.
Batugamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batugamping non-klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari batugamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam.
Secara
kimia batugamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3). Dialam
tidak jarang pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi
mengubah batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3
Adapun
sifat dari batugamping adalah sebagai berikut :
·
Warna :
Putih,putih kecoklatan, dan putih keabuan
·
Kilap :
Kaca, dan tanah
·
Goresan :
Putih sampai putih keabuan
·
Bidang belahan : Tidak teratur
·
Pecahan :
Uneven
·
Kekerasan : 2,7 – 3,4 skala mohs
·
Berat Jenis : 2,387 Ton/m3
·
Tenacity : Keras, Kompak, sebagian berongga
Dibeberapa
daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah
tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung
CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic
dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping yang
dilaluinya.
Reaksi
kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :
CaCO3 + 2 CO2 + H2O
Ca (HCO3)2 + CO2
Ca
(HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi
rongga di dalam tubuh batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat
sekali hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan
unsur magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut
dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO
dalam batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula
pada jenis batugamping tersebut.
2.5 Sifat dan Klasifikasi Batukapur
Batuan kapur atau batuan gamping (limestone)
termasuk batuan sedimen. Batuan sedimen sering pula disebut dengan batuan
endapan. Batuan ini berwarna putih, kelabu, atau warna lain yang terdiri dari
kalsium karbonat (CaCO3). Batuan kapur ini pada dasarnya berasal dari sisa-sisa
organisme laut seperti kerang, siput laut, radiolarit, tumbuhan/binatang karang
(koral), dsb yang telah mati. Berdasarkan hal tersebut, maka batuan kapur
adalah batuan sedimen yang berbasis dari laut. Karena hal itu, batuan kapur
berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya dan tempat batuan kapur itu
diendapkan termasuk klasifikasi batuan sedimen marin. Berdasarkan proses
pengendapannya, batu gamping radiolarit dan batu karang merupakan batuan sedimen
organik. Disamping hal tersebut, batuan kapur (termasuk di dalamnya stalaktit
dan stalakmit yang banyak dijumpai di gua-gua kapur) menurut proses
pengendapannya juga termasuk batuan sedimen kimiawi (sedimen khemis).
Klasifikasi Dunham (1962)Klasifikasi ini didasarkan
pada tekstur deposisi dari batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan
tipis, tekstur deposisional merupakan aspek yang tetap. Kriteria dasar dari
tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10 antar="" apabila="" bersinggungan="" bila="" butiran="" butirannya="" dalam="" dan="" di="" disebut="" grainstone.="" halnya="" karbonat="" lain="" lumpur="" matriks="" mengandung="" mudstone="" packstone="" saling="" span="" tersebut="" tidak="" wackestone.="" yang="">10>
Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bila ibandingkan dengan komposisi batuan. Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur. Dari perbandingan lumpur tersebut dijumpai 5 klasifikasi Dunham (1962). Nama nama tersebut dapat dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya. Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10 antar="" apabila="" bersinggungan="" bila="" butiran="" butirannya="" dalam="" dan="" di="" disebut="" grainstone.="" halnya="" karbonat="" lain="" lumpur="" matriks="" mengandung="" mudstone="" packstone="" saling="" span="" tersebut="" tidak="" wackestone.="" yang="">10>
Packstone mempunyai tekstur grain supported dan
punya matriks mud. Dunham punya istilah Boundstone untuk batugamping dengan
fabrik yang mengindikasikan asal-usul komponenkomponennya yang direkatkan
bersama selama proses deposisi.
Klasifikasi Dunham (1962) punya kemudahan dan
kesulitan. Kemudahannya tidak perlu menentukan jenis butiran dengan detail
karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitannya adalah di dalam sayatan
petrografi, fabrik yang jadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu terlihat
jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan 2 dimensi, oleh karena
itu harus dibayangkan bagaimana bentuk 3 dimensi batuannya agar tidak salah
tafsir. Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah-istilah yang muncul adalah grain
dan mud. Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan atas hubungan antara
butir seperti mudstone, packstone, grainstone, wackestone dan sebagainya.
Istilah sparit digunakan dalam Folk (1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang
sama yaitu sebagai semen dan sama-sama berasal dari presipitasi kimia tetapi
arti waktu pembentukannya berbeda.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.
Sparit pada klasifikasi Folk (1959) terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai pengisi pori-pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran ternedapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini disebut post early diagenesis. Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supporteddiinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan berarus tenang. Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat mengendap.
2.6
Manfaat Batukapur
Adapun
pemanfaatan dari kapur diantaranya adalah :
a.
Bahan bangunan
Bahan bangunan yang dimaksud adalah
kapur yang dipergunakan untuk plester,adukan pasangan bata, pembuatan semen
tras ataupun semen merah.
b.
Bahan penstabilan jalan raya
Pemaklaian
kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya.
Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi penyusutan dan
pemuaian fondasi jalan raya.
c.
Sebagai pembasmi hama
Sebagai warangan timbal (PbAsO3)
dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai serbuk belerang untuk
disemprotkan.
d.
Bahan pupuk dan insektisida dalam
pertanian
Apabila ditaburkan untuk menetralkan
tanah asam yang relatife tidak banyak air, sebagai pupuk untuk menambah unsur
kalsium yang berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah.
Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam
pembuatan kompos dan sebagainya
e.
Penjernihan air
Dalam penjernihan pelunakan air untuk
industri , kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda abu dalam proses yang
dinamakan dengan proses kapur soda.
f.
Batu Gamping (CaCO3) Sebagai
Pupuk Alternatif Penetralisir Keasaman Tanah
Semua material yang mengandung senyawa
Ca dapat digunakan sebagai bahan pengkapuran untuk menetralisir keasaman tanah,
yaitu meningkatkan pH tanah yang pada dasarnya menambahkan Ca dan menurunkan
Al.
g.
Batugamping keprus sebagai campuran
agregat pada lapis pondasi agregat kelas b
Bertujuan untuk mengkaji kemungkinan
pemakaian batugamping keprus sebagai bahan campuran agregat pada lapis pondasi
agregat kelas
h.
Batugamping sebagai bahan baku semen
Batu gamping sebagai salah satu bahan
baku pembuatan semen, dengan eksplorasi yang tidak bijaksana, lambat laun
warisan dunia yang unik dan terbentuk ribuan tahun ini akan hilang dan hanya
menjadi cerita anak cucu kita kelak, jika kita tidak ikut membantu
melestarikannya.
2.7 Alat
yang Digunakan pada Penambangan dan Pengolahan Batukapur
Secara terperinci alat-alat yang
digunakan dalam proses penambangan adalah :
1.
Hydraulic Rock Breaker ( HRB ): 1 unit
2.
Backhoe excavator : 2 unit
3.
Dump truck : 3 unit (kapasitas 20 ton)
Pengupasan dilakukan dengan bantuan Hydraulic Rock Breaker.
2.8 Proses
Penambangan Batukapur
Untuk
mengetahui besarnya cadangan suatu tubuh marmer maka biasanya dilakukan
eksplorasi geofisika agar diketahui baik penyebaran horizontal maupun vertikal,
kemudian dbuat sumur uji dan pemboran untuk mengetahui ketebalan lapisan.
Untuk mengetahui kualitas marmer di suatu lokasi maka diambil sampel yang diuji
di laboratorium baik fisika maupun kimia, secara mikroskopis.
Sebelum
keluar teknologi baru, penambangan batukapur dilakukan dengan 2 tahapan
yaitu:
- Land clearing (pengupasan), yaitu kegiatan pengupasan lapisan tanah dengan menggunakan buldozer dan ekskavator menggali tanah yang menutupi tubuh batuan guna menyiapkan kegiatan penambangan
- Kegiatan produksi, yaitu proses pemolaan, pemboran, penggalian dengan buldozzer dan ripper lalu melakukan loading menggunakan dump truck.
· Dengan
memperhatikan morfologinya (perbukitan) maka penambangan batu kapur ini akan
dilakukan secara terbuka dengan membentuk jenjang-jenjang pada bagian lereng
bukit (Side Hill Quarry).
Berdasarkan
peruntukan dari produk yang dihasilkan, maka dalam pelaksanaannya proses
penambangan dapat diklasifikasikan menjadi 2 cara :
o Cara
Penggaruan ( Ripper )
Cara
ini dipergunakan pada front tambang dengan batuan lapuk dan agak lapuk, alat
yang dipergunakan adalah Bulldozer dengan Ripper
o Cara
Peledakan ( Blasting )
Peledakan dapat dipergunakan bila pemakaian ripper sudah
tidak memungkinkan lagi atau jika telah menemukan batuan kapur yang segar
(massive) yang memang merupakan batuan kapur utama.
2.9 Proses
Pengolahan Batukapur
Pengolahan merupakan
proses kegiatan memperhalus produk hingga menjadi produk yang siap dipasarkan.
Adapun kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
Setelah tiba dilokasi pengolahan, dilakukan beberapa tahap proses produksi
secara berurutan yaitu sebagai berikut:
o
Pengolahan di dalam industri ini adalah
proses untuk mendapatkan ukuran material ( batu kapur ) sesuai yang dibutuhkan
konsumen. Untuk itu dilakukan proses peremukan dalam unit Crushing Plant bagi material ukuran + 25 – 60 cm yang
dikirim dari tambang.
o
Batu kapur dari “ Dump Truck” kemudian ditumpahkan ke “ fixed screen” dengan opening 60 cm,
yang berukuran > 60 cm (over size)
dipisahkan ke tempat tersendiri untuk
dilakukan pemecahan ulang secara manual,
hingga berukuran – 30cm + 25 cm lalu dimasukkan ke “hopper jaw crusher”
untuk pemecahan berikutnya.
o
Hasil dari “jaw crusher “ I &
II dilakukan pengayakan dengan 2 ayakan 2 tingkat, sehingga dihasilakan produk
berukuran -7cm +5 cm; -5cm+3cm; -3cm +1cm dan paling lembut
berupa bubuk atau >1cm .
Untuk
hasil berukuran +7cm dapat dimasukkan lagi ke jaw crusher II melalui belt conveyor untuk dilakukan
pemecahan ulang. Dan seterusnya sampai didapat hasil yang diinginkan.
Bab III
Penutup
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Batukapur (Gamping) merupakan salah satu
mineral industri yang banyak digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi
dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil
jalan raya, pengapuran untuk pertanian dll. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi
dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia.
Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis
ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau
ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang.
2.
Kegiatan produksi batukapur diawali
dengan pengpasan tanah penutup (land clearing) guna mempersiapkan area kerja
penambangan,langka selanjutnya, Kegiatan produksi, yaitu proses
pemolaan, pemboran, penggalian dengan buldozzer dan ripper lalu melakukan
loading menggunakan dump truck.
3.
Kegiatan pengolahan diawali kegiatan
pereduksian ukuran batukapur agar mudah diolah menggunakan alat crusher sesuai dengan ukuran yang
diinginkan yang kemudian akan digunakan untuk berbagai sektor industri yang
membutuhkan batukapur
5.2
Saran
Beberapa
saran yang dapat kami berikan untuk meningkatkan produktivitas, efektif, dan
efesiensi proses penambangan dan pengolahan.
1.
Untuk meningkatkan hasil dari proses
penambangan yang dilakukan seharusnya dilakukkan pengecekan rutin tentang
kondisi alat-alat penambangan yang digunakan.
2.
Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) pegawai lebih diperhatikan.
Daftar Pustaka
Sumber:
Graha, Setia Doddy Ir. 1987. Batuan
dan Mineral. Nova : Bandung.
Tushadi. 1990. Bahan Galian Industri
Indonesia. Direkotorat Sumberdaya Mineral. Direktorat Jendral
Geologi dan Sumberdaya Mineral:Bandung.
PT. Bangun Arta Hutama. 2016. Executive Sumarry (Eksploitasi Batukapur). Jakarta:CV.
Bangun Arta Group.
Website:
diakses
tanggal: 21 Juli 2016
diakses
tanggal: 21 Juli 2016
diakses
tanggal: 21 Juli 2016
Mohon ijin admin , numpang iklan promosi yaa....
BalasHapusKami menjual Batu kapur/ Kapur Aktif / Cao / CaOH2 / Kalsium Oxide / kalsium hidroxie /Limestone/ Quick Lime / Batu gamping / Kapur bakar / Kapur tohor/ Kapur sirih/Cao/ Kalsium Hidroksida/ Kalsium Karbonat / CaCo3 / Kapur pertanian / Kaptan / Kapur padam /Zeolite / Bentonite / Dolomite dll.
Tersedia mesh 80 s/d Mesh 800 dengan kemasan / packing karung / 25 kg , 50 kg , 500 kg , 1000 kg .
Untuk informasi lebih lanjut Silahkan hubungi :
Asep 081281774186
085793333234
Padalarang- Bandung Barat
Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu. Terimakasih
Mohon ijin admin , numpang iklan promosi yaa...
BalasHapusKami menjual aneka Kapur :
- Kapur Aktif / Cao / Kalsium Oksida.
- Kapur Padam / CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
- Kapur Tepung / CaCo3 /Kalsium Karbonat / Kapur pertanian /Kaptan .
- Zeolite .
- Bentonite .
- Dolomite dll.
Untuk informasi lebih lanjut Silahkan hubungi :
Bpk Asep 081281774186
085793333234
Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu membutuhkan.