BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
Sumber daya
alam khususnya sumber daya mineral tersebar tidak merata dipermukaan lapisan
kulit bumi yang dikenal dengan istilah Lithosfer. Sumber daya mineral yang juga
dikenal sebagai bahan tambang atau bahan galian, dapat berupa mineral logam,
mineral non logam, batubara, minyak dan gas bum, panas bumi, serta air tanah.
Semuanya itu merupakan bahan tambang yang tidak terbarui, artinya yang pada
suatu saat akan habis bila dilakukan eksploitasi, kecuali yang tersebut
terakhir, yaitu air tanah. Dalam kehidupan modern saat ini semua orang perlu
menyadarkan diri, bahwa manusia menggantungkan hidupnya pada dunia tambang,
termasuk didalam permukaan tanah yang merupakan lahan pertanian dan lahan
pemukiman. Oleh sebab itu, penyelenggara negara wajib melindungi kekayaan alam
tersebut, dari eksploitasi yang tidak mengikuti kaidah yang benar, yang
berujung pada kerusakan lingkungan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Oleh
sebab itu, negara wajib mengetahui dan memanfaatkan potensi bahan tambang yang
dimiliki dengan mengutamakan kepentingan masyarakat dalam menuju kehidupan yang
sejahtera.
Keberadaan
bahan tambang, termasuk kuantitas dan kualitasnya perlu diketahui dan
diinventarisasi. Melaui tahapan penyelidikan umum dan eksplorasi, serta
eksploitasi negara dapat mengetahhui potensi kekayaan alam, dan memanfaatkannya
secara terencana, dengan tujuan agar tercapai kesejahteraan masyarakat bersama.
Untuk menuju ke cita cita yang mulia itu, keberadaan bahan tambang yang
diinventarisasi, yang kemudian disuguhkan dalam suatu peta yang dikenal dengan
nama peta geologi. Peta tersebut merupakan hasil kerja Geologist. Geologist,
sebagai pionir pelaksana tugas mulia tersebut, selau berhadapan dengan medan
atau bentang alam, yang kerap kali kurang bersahabat, penuh dengan tantangan
dan resiko, bila tidak menguasai dan melaksanakan kaidah-kaidah kerja yang baku.
Dalam karya
tulis ini, penulis ingin menyampaikan bagaimana survei pemetaan dan tahapan
survei pemetaan hingga jenis survei dan alat yang biasa digunakan dan
pembahasan yang berkaitan dengan masalah yang sering dihadapkan pada seorang
geologist dalam melakukan survei lapangan.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin disampaikan penulis sebagai
berikut:
a.
Apa yang
dimaksud pengerjaan survei pemetaan?
b.
Apa saja alat
yang biasa dipakai pada saat pengerjaan survei pemetaan?
c.
Bagaimana
jenis-jenis survei yang biasa dilakukan pada saat pengerjaan survei pemetaan?
d.
Apa saja metode
pengukuran yang dapat kita pakai saat melakukan pengerjaan survei?
1.3
Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah yang ingin disampaikan penulis sebagai
berikut;
a.
Menjelaskan
pengertian dan berbagai pengerjaan survei pemetaan.
b.
Menjelaskan
alat yang biasa dipakai pada saat pengerjaan survei pemetaan.
c.
Menjelaskan
jenis-jenis survei yang biasa dilakukan pada saat pengerjaan survei pemetaan.
d.
Mengetahui
metode pengukuran yang dapat kita pakai saat melakukan pengerjaan survei.
1.4
Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat penulisan ialah sebagai berikut
¾ Bagi Penulis
Sebagai bahan penilaian bagi dosen pengampu matakuliah Ilmu Ukur
Tambang dan pertimbangan pemberian nilai tugas
Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis
¾ Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan sharing dan pembelajaran pada mata kuliah Ilmu Ukur
Tambang
¾ Bagi Dosen
Sebagai bahan ajar tambahan dosen dan referensi yang dapat
dibagikan kepada mahasiswa.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1.
Pengertian Survei Pemetaan
Survey atau surveying
didefinisikan sebagai pengumpulan data yang berhubungan dengan pengukuran
permukaan bumi dan digambarkan melalui peta atau digital. Sedangkan pengukuran
didefinisakan peralatan dan metode yang berhubungan dengan kelangsungan survey tersebut.
jadi, surveying adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengumpulan data.
Mulai dari pengukuran permukaan bumi hingga penggambaran bentuk bumi. Sedangkan
pengukuran adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penggunaan alat mulai
dari pita ukur hingga pengukuran jarak dengan metode elektro magnetik.
Survey umumnya
dilakukan pada bidang datar, yaitu dengan tidak memperhitungkan kelengkungan
bumi. Dalam proyek surveying, kelengkungan buminya kecil, jadi pengaruhnya
dapat diabaikan, dengan menggunakan perhitungan yang rumusnya disederhanakan.
Sedangkan pada proyek yang memiliki jarak jauh, kelengkungan bumi tidak dapat
diabaikan, karena keadaan ini termasuk surveying geodesi.
2.2.
Macam-Macam Peralatan Survei
Pemetaan
a.
Peta Topografi
Peta topografi digunakan untuk informasi tentang keadaan, lokasi,
jarak, rute perjalanan dan komunikasi. Peta topografi juga menampilkan variasi
daerah, tingkat tutupan vegetasi dan perbedaan ketinggian kontur.
b.
Kompas Geologi
Kompas geologi memiliki banyak kegunaan, diantaranya digunakan
untuk mengukur kedudukan suatu unsur struktur geologi, mengukur strike/dip dari
kemiringan lapisan batuan, dan tentunya sebagai penunjuk arah.
Cara Penggunaan:
Dari beberapa sumber, cara menggunakan kompas geologi dilihat dari
bagian-bagian utama kompas tersebut. Diantarany:
·
Jarum Kompas
Jarum kompas selalu menunjuk ke arah kutub utara magnet bumi. Oleh karena
itu terjadi penyimpangan dengan kutub utara geografi yang biasa disebut
deklinasi. Biasanya deklinasi memiliki besaran yang berbeda disetiap tempat.
Agar kompas sesuai dengan kutub utara geografi, maka "graduated circle"
harusdiputar.
·
Lingkaran Pembagian
Derajat
Ada 2 jenis pembagian derajat dalam kompas ini,
Ø Kompas azimut dengan pembagian derajat muali dari 0 derajat di arah utara sampai
360 derajat berlawanan dengan arah jarum jam.
Ø Kompas kwardan memiliki pembagian derajat dari 0 derajat pada utara dan
selatan, lalu 90 derajat pada timur dan barat
·
Klinometer
Bagian kompas yang berfungsi mengukur kemiringan suatu lereng. terletak didasar
kompas dan biasanya dilengkapi dengan gelembung pengukur horizontal dan skala.
c.
Palu Geologi
·
Palu Geodesimen
Sesuai namanya, palu ini digunakan untuk batuan sedimen (berlapis).
Hal ini dapat dilihat dari bentuknya yang persegi berguna untuk memecahkan
bagian "sampling".
·
Palu Batuan
Beku
Palu ini digunakan untuk batuan neku yang umumnya keras. Ujungnya
yang lancip dibuat agar ketika menggunakannya, kekuatan tumbukan terpusat pada
ujungnya yang runcing tersebut untuk memecahkan batuan-batuan beku dan mengambil
bebatuan yang ingin diamati.
d.
Lup
Lup adalah sebuah lensa cembung yang memiliki titik fokus dekat
lensanya. Benda yang diamati akan tampak besar karena berada pada titik fokus
lup. Bayangan yang dihasilkan bersifat tegak, nyata dan diperbesar. LUP digunakan
untuk mengamati suatu mineral atau fosil kecil, sehingga dibutuhkan lup untuk
mengamatinya. Biasanya perbesaran yang dipakai berkisar antara 8 sampai 20.
e.
Pita/Tali Ukur
Pita atau tali ukur biasanya digunakan untuk mengukur panjang
lintasan atau ketebalan suatu lapisan. Pita ini biasanya berbentuk roll agar
mudah dibawa
f.
Kantong Contoh
Batuan
Kantong contoh batuan atau bisa juga menggunakan kantong plastik
digunakan untuk membungkus batuan yang didapat dalam kegiatan survey ini.
Contoh batuan setelah dimasukkan kedalam kantong, lalu diberi label agar mudah
saat dibedakan. Jika tidak ada kertas label, bisa juga menggunakan spidol
permanen.
g.
GPS (Global
Positioning System)
Global Positioning System atau yang biasa
disebut GPS adalah suatu sistem untuk menentukan kordinat letak di permukaan
bumi dengan bantuan dari satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang
mengirimkan gelombang mikro ke bumi, lalu diterima oleh GPS yang ada dibumi.
GPS digunakan untuk menentukan kordinat posisi, kecepatan, arah dan waktu
saat survey. GPS juga berguna untuk mengetahui medan lokasi agar kita tidak
tersesat.
Jangan lupa membawa batre cadangan ya, bisa berabe kalau tiba-tiba GPS mati
ditengah hutan.
h.
Larutan HCl
Asam klorida atau HCl adalah larutan aquatik dari gas hidrogen
klorida. Asam klorida termasuk asam kuat yang berbahaya jika diminum, terhirup
jika berbentuk gas, dan terkena mata. Larutan HCL digunakan untuk menguji kadar
karbonat dalam batuan, sorting dan determinasi batuan-batuan.
i.
Buku Catatan
dan Alat Tulis
Buku dan alat tulis ini digunakan untuk mencatat semua hasil dari
survey yang dilakukan. Mulai dari hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak
singkapan dan lain-lain yang perlu dicatat.
j.
Kamera
Kamera digunakan untuk mempublikasikan hasil kegiatan lapangan yang
dilakukan, mulai dari lokasi kegiatan, singkapan-singkapan atau bisa juga untuk
narsis.
k.
Tas Lapangan
Tas ini merupakan alat vital yang sangat penting jika ingin
melakukan survey. Karena tas ini berguna untuk menaruh semua
perlengkapan-perlengkapan yang sudah disebutkan tadi. Tas yang dibawa harus
memiliki kapasitas yang cukup besar karena nanti pasti membawa hasil yang
dilakukan saat survey.
l.
Waterpass
Waterpass digunakan
untuk menentukan elevasi/ peiluntuk lantai, balok, dan lain-lain
yang membutuhkan elevasi berdasarkan ketinggian titik yang diketahui. Alat ini
digunakan untuk mengecek ketinggian penulangan agar tidak melebihi tinggi
rencana dan mengecek ketebalan lantai saat pengecoran, sehingga lantai yang
dihasilkan dapat datar. Selain itu juga dapat digunakan untuk pembuatan tanda/markingpada
kolom/dinding sebagai acuan pekerjaan lain, seperti acuan untuk pekerjaan
dinding panel precast, serta dapat digunakan dalam pengecekansettlement bangunan.
Untuk keperluan pekerjaan struktur diperlukan keakuratan dibawah 1 mm pada
jarak tidak melebihi 30 meter. Dalam penggunaannya, waterpass didirikan
pada tripod (kaki tiga).
m.
Theodolite
Theodolite digunakan untuk menentukan titik as bangunan,
ketegaklurusan bangunan, menentukan elevasi bangunan, dan membuat sudut-sudut
bangunan. Theodolite digunakan pada awal pelaksanaan proyek
untuk menentukan peil dasar bangunan dan menentukan as-as
bangunan. Setelah itu digunakan untuk penentuan as kolom, balok, core wall/shear wall, plat
lantai dan lain-lain. Cara kerja alat ini adalah dengan mengatur nuvo dan
unting-unting di bawah theodolite.
Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak
titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi. Theodolite dapat mengecek kondisi dalam arah
vertikal, juga untuk menentukan ketinggian suatu titik. Obyek theodolite dalam hal ini antara lain as-as
bangunan, titik penggalian, dan elevasi-elevasi/ peil-peilbangunan. Untuk
keperluan pekerjaan struktur diperlukan keakuratan dibawah 1 mm pada jarak
tidak melebihi 30 meter. Dalam penggunaannya, theodolitedidirikan
pada tripod (kaki tiga).
2.3.
Macam-Macam Survei
a.
Survei Batas
Menentukan batas kepemilikan lahan atau wilayah. Jaman dulu sampai
jaman sekarang orang bisa baku bunuh gara-gara sengketa batas wilayah. Untuk
itu sangat perlu ditentukan
batas aktual dilapangan dan kemudian didokumentasikan dalam sebuah peta agar
orang lain tahu batas wilayah kita.
b.
Survei
Deformasi
Menentukan apakah stuktur atau object mengalami perubahan bentuk
atau pergerakan. Diperlukan pengukuran 3D pada objek yang akan diukur dan
dilakukan pengukuran kembali pada titik yang sama secara berkala. Hasil dari
pengukuran kedua dan seterusnya dibandingkan dengan pengukuran pertama untuk
dihitung besar pergerakannya. Jenis survey ini biasa dilakukan untuk pemantauan
bendungan, rig platform, dan yang lagi hangat-hangatnya adalah penentuan nilai
penurunan tanah akibat semburan lumpur di Porong, Sidoarjo.
c.
Survei Rekayasa
Biasa dilakukan dalam pekerjaan konstruksi, baik itu pembuatan
jalan, gedung, rel, dll. Sebenarnya pekerjaan survey dibidang rekayasa inilah
yang banyak kita temui di setiap proyek pembangunan.
d.
Survei
Topografi
Mengukur/memetakan permukaan bumi yang direpresentasikan dalam
kumpulan titik-titik koordinat 3D kemudian biasa digambarkan dalam garis kontur
(garis yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama).
e.
Survei
Hidrografi
Survey yang dilakukan untuk memetakan topografi dasar laut untuk
digunakan lebih lanjut dalam navigasi kapal, konstruksi lepas pantai, atau manajemen
sumber daya laut.
f.
Survei
Kontruksi
Bisa dibilang merupakan bagian dari survey rekayasa, tetapi lebih
spesifik ke bidang konstruksi.
g.
Survei Navigasi
Untuk mengetahui posisi suatu wahana bergerak (misal kapal, pesawat
terbang, mobil, dan rudal) sehingga bisa menentukan dan mengontrol apakah
wahana tersebut berada dijalur yang aman, cepat dan sesuai rencana.
2.4.
Klasifikasi Pengukuran Tanah
a.
Pengukuran titik
control : menetapakan jaringan tugu
horizontal dan vertikal yang berguna sebagai kerangka acuan untuk pengukuran
lain.
b.
Pengukuran topografik :
menentukan cirri-ciri alamiah dan buatan, serta elevasi yang dipakai untuk
pembuatan peta topografi atau peta contour.
c.
Pengukuran persil :
batas atau kadastral adalah pengukuran tertutup untuk menetapkan garis-garis
dan sudut batas pemilikan tanah, mengembalikan batas –batas persil tanah
sesuaia dengan data kepemilikan tanah, pengkavlingan tanah-tanah ( subdivision
survey ).
d.
Pengukuran hidrografik
: menentukan garis pantai dan kedalaman laut, danau, sungai, bendungan serta
perairan lainya. Pengukuran laut berkaitan erat dengan bidang pelabuhan dan
lepas pantai, pengukuran posisi alur pelayaran, posisi anjungan minyak lepas pantai.
e.
Pengukuran jalur lintas
: dilaksanakan untuk merencanakan, merancang dan membangun jalan baja, jalan
raya, jalur pipa, dan proyek-proyek memanjang lainya.
f.
Pengukuran konstruksi
yang dilaksanakan sementara kontruksi berjalan, mengendalikan evaluasi,
kedudukan-kedudukan horizontal, ukuran ukuran dan konfigurasi. Pengukuran ini
juga menghimpun data penting untuk menghitung tahapan-tahapan pembayaran
kontruksi.
g.
Pengukuran
purna-rancang ( as-built surveys ) : menentukan lokasi akhir dan perancangan
pekerjaan rekayasa yang tepat, memberikan pembuktian ( verifikasi ) dan
pencatatan posisi termasuk perubahan-perubahan desain yang ada.
h.
Pengukuran tambang
pengukuran : untuk industry pertambangan
baik explorasi maupun exploitasi pertambangan, tambang terbuka ( open pit
mining ), tambang dalam ( underground mining ).
i.
Pelurusan optis
(Laser Aligment), Pengukuran Industri, suatu cara melaksanakan pengukuran
yang sangat teliti yang memerlukan toleransi kecil untuk proses-proses dalam
pabrik, misalnya untuk penyetelan mesin-mesin tenun pabrik textile, leveling
pondasi untuk dudukan mesin-mesin pembangkit, pelurusan dalam kontruksi pesawat
terbang, pelurusan untuk wahana peluncuran roket, dsb.
2.5.
Jenis-Jenis Pekerjaan Surveyor
Tambang
ü Juru ukur tambang bertanggung jawab untuk menunjuk atau menentukan arah dan
batas-batas yang akan digali sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
ü Juru ukur harus segera melapor kepada petugas yang bertanggung jawab atas
pekerjaan penggalian apabila mendekati (tidak kurang 50 meter) dari tempat-
tempat yang mempunyai potensi bahaya seperti kantong-kantong air, gas-gas berbahaya,
semburan batu (rock burst), dan permukaan tanah atau penyangga- penyangga yang
dapat membahayakan penggalian tersebut.
ü Sedapat mungkin mengambil langkah-langkah untuk membuat ketepatan dari
setiap peta-peta, gambar-gambar atas peta penampang yang belum dibuat olehnya
atau yang dibawah pengawasannya.
ü Harus melaporkan kepada Kepala Teknik Tambang, apabila ada keragu- raguan
akan ketepatan dari setiap peta, gambar-gambar atau peta penampang dari tambang
yang tidak dapat dibuat oleh atau di bawah pengawas juru ukur tambang, yang
mungkin menimbulkan dampaak terhadap pekerjaan dan kegiatan tambang atau
keselamatan orang-orang ditambang.
ü Mengecek apakah daerah tersebut sudah memiliki peta topografi. Jika peta
dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan
pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai
(peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka
perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah
ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa
langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan),
melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang
penting.
ü Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara
(sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan,
orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan
tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar
dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta
tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll.
Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta
singkapan).
ü Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan
dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model
geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara
acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika
diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot
dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.)
Dari kegiatan ini akan
dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan
geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang
bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah
tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap
eksplorasi selanjutnya.
2.6. Kesalahan-Kesalahan
Pada Survei Pemetaan
Kegiatan survey di
tambang tidak juga terlepas dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, baik
kesalahan random-kesalahan sistematis-dan kesalahan human error. Kesalahan ini
bisa saja terjadi saat tahap ekplorasi, pengukuran topografi dan pengukuran
untuk pembuatan model cadangan material, atau pada tahap Eksploitasi. Pemasangan design
tambang dan pengukuran topografi progress tambang. Kesalahan dalam kegiatan
survey dan pemetaan tidak hanya terjadi pada proses pengukuran lapangan saja,
dapat juga terjadi pada proses prosesing data-penggunaan system koordinat dan
transformasinya, penyajian data dalam bentuk peta. Kesalahan survey dalam
penambangan berarti akan menyajikan data dan gambaran/peta yang salah, akibat
kesalahan ini akan merambat pada kesalahan-kesalahan aplikasi penambangan yang
antara lain:
1.
Kesalahan data-data
survey dalam kegiatan eksplorasi untuk penentuan titik lokasi pengeboran dan
study outcrop akan menyebabkan kesalahan dalam membuat model cadangan material
tambang serat kesalahan dalam menentukan besaran cadangan terkira dan terukur
suatu tambang. Kesalahan ini akan menyebabkan analisa dalam studi kelayakan
tambang, analisa ekomoni tambang, analisis umur tambang (mine life).
2.
Kesalahan dalam
pembuatan model cadangan bahan tambang akan mengakibatkan kesalahan pada
kesalahan pembuatan design dan kesalahan pada penentuan metode penambangan dan
penggunaan alat penambangan.
3.
Kesalahan pada
pembuatan model akan mengakibatkan kesalahan dalam perencanaan tambang (desing
tambang) dan produksi penambangan sehingga cadangan/material yang tidak ikut
dimodelkan akan tertinggal atau tidak didapat diambil seluruhnya.
4.
Kesalahan dalam
pengukuran pemasangan design tambang oleh survey akan meyebabkan salahnya
penggalian yang berdampak pada :
a.
Volume galian rencana
tidak sama dengan aktual sehingga cost dari penambanga akan bertambah. (diluar
SR atau Cut off yang direncanakan)
b.
Terganggunya
stabilitas/kemantapan lereng karena perubahan geometri lereng dan terganggunya
lapisan batuan yang mendukung kestabilam lereng
c.
Pengambilan material
tambang yang salah sehingga kualitas material tambang tidak sesuai dengan
perencanaan.
d.
Pemasangan design
ramp/jalan yang salah akan mengakibatkan munculnya potensi resiko kecelakaan.
5.
Kesalahan dalam
melakukan pengukuran topografi original atau topografi progress tambang akan
mengganggu proses penyaliran tambang- drainase tambang- sehingga akanmenganggu
proses produksi dari aspek sequence tambang. terganggunya proses penyaliran
tambang juga akan menganggu kestabilan lereng.
6.
Kesalahan kegiatan
survey dalam mendukung kegiatan Peledakan- Blasting- (pengukuran space-boder
dan depth) memungkinkan terjadi hasil produktifitas blasting yang buruk,
terjadinya airblast dan undulasi permukaan tambang karena kedalaman lubang
tembak yang tidak rata).
7.
Kegiatan survey pada
pemasangan Guideline di kegiatan penambangan underground yang salah, selain
mengakibatkan kemungkinan tidak tercapainya target produksi juga akan
menyebabkan kegiatan penambangan mengarah pada area-area yang mungkin
berbahaya- seperti jebakan gas metana dll
BAB III
Pengukuran
3.1
Prinsip Dasar
Pengukuran dan pemetaan pada dasarnya dapat dibagi 2, yaitu :
a.
Geodetic
Surveying
Geodetic surveying merupakan ilmu seni dan teknologi untuk
menyajikan informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan
manusia di bidang lengkung (luas > 55 km x 55 km) atau (>0,5 derajat x
0,5 derajat)
b.
Plan Surveying
Plan Surveying merupakan ilmu seni dan teknologi untuk menyajikan
informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan manusia di bidang
lengkung (luas < 55 km x 55 km) atau (<0 0="" derajat="" o:p="" x="">0>
Dalam pembuatan peta
yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan melakukan
pengukuranpengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak
beraturan.
Pengukuran-pengukuran Ilmu Ukur Tambang pada dasarnya dibagi dalam tiga
bagian besar yaitu:
a.
Pengukuran yang
mendatar untuk mendapat hubungan titik - titik yang diukur di atas permukaan
bumi (Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal)
b.
Pengukuran - pengukuran
tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik - titik yang diukur (Pengukuran
Kerangka Dasar Vertikal)
c.
Pengukuran titik -
titik detail.
Kerangka dasar pemetaan
untuk pekerjaan rekayasa tambang pada kawasan yang tidak luas, sehingga bumi
masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya merupakan bagian pekerjaan
pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan atau
perancangan bangunan teknik sipil. Titik - titik kerangka dasar pemetaan yang
akan ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar
merata dengan kerapatan tertentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan
secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya.
3.2
Pengukuran
Kerangka Dasar Vertikal
Kerangka dasar vertikal
merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik - titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap
bidang rujukan ketinggian tertentu.
Bidang ketinggian
rujukan ini biasanya berupa ketinggian muka air laut rata rata (mean sea level
- MSL) atau ditentukan lokal.
a.
Metode sipat datar
prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat sipat datar optis di lapangan
menggunakan rambu ukur.
b.
Pengukuran
Trigonometris prinsipnya adalah Mengukur jarak langsung (Jarak Miring), tinggi
alat, tinggi, benang tengah rambu, dan suclut Vertikal
(Zenith atau Inklinasi).
c.
Pengukuran Barometris
pada prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer.
Metode sipat
datar merupakan metode yang paling teliti dibandingkan dengan metode
trigonometris dan barometris. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
perambatan kesalahan yang dapat diturunkan melalui persamaan matematis
diferensial parsial.
3.2.1
Metode
Pengukuran Sipat Datar Optis
Metode sipat datar prinsipnya adalah Mengukur tinggi bidik alat
sipat datar optis di lapangan menggunakan rambu ukur. Hingga saat ini,
pengukuran beda tinggi dengan menggunakan metode sipat datar optis masih
merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga ketelitian
kerangka dasar vertikal (KDV) dinyatakan sebagai batas harga terbesar perbedaan
tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang. Berikut ini adalah
syarat - syarat untuk alat penyipat datar optis :
§ Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu alat ukur penyipat
datar. Bila sekarang teropong di putar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar
dan garis bidik di arahkan ke mistar kanan, maka sudut a antara garis arah nivo
dan sumbu kesatu pindah ke arah kanan, dan ternyata garis arah nivo dan dengan
sendirinya garis bidik tidak mendatar, sehingga garis bidik yang tidak mendatar
tidaklah dapat digunakan untuk pembacaan b dengan garis bidik yang mendatar,
haruslah teropong dipindahkan keatas, sehingga gelembung di tengah - tengah.
§ Benang mendatar diagfragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada
pengukuran titik tinggi dengan cara menyipat datar, yang dicari selalu titik
potong garis bidik yang mendatar dengan mistar - mistar yang dipasang diatas
titiktitik, sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus yang
menghubungkan dua titik potong benang atau garis diagframa dengan titik tengah
lensa objektif teropong.
§ Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo. Garis bidik
adalah Garis lurus yang menghubungkan titik tengah lensa objektif dengan titik
potong dua garis diafragma, dimana pada garis bidik pada teropong harus sejajar
dengan garis arah nivo sehingga hasil dari pengukuran adalah hasil yang teliti
dan tingkat kesaIahannya sangat keciI. Alat - alat yang biasa digunakan dalam
pengukuran kerangka dasar vertikal metode sipat datar optis adalah:
1.
Alat Sipat Datar
2.
Pita Ukur
3.
Rambu Ukur
4.
Statif
5.
Unting – Unting
3.2.2
Metode
Pengukuran Trigonometris

3.2.3
Metode Pengukuran Barometris
Pengukuran Barometris pada prinsipnya adalah mengukur beda tekanan
atmosfer. Pengukuran tinggi dengan menggunakan metode barometris dilakukan
dengan menggunakan sebuah barometer sebagai alat utama. Seperti telah di
ketahui, Barometer adalah alat pengukur tekanan udara. Di suatu tempat tertentu
tekanan udara sama dengan tekanan udara dengan tebal tertentu pula. Idealnya
pencatatan di setiap titik dilakukan dalam kondisi atmosfer yang sama tetapi
pengukuran tunggal hampir tidak mungkin dilakukan karena pencatatan tekanan dan
temperatur udara mengandung kesalahan akibat perubahan kondisi atmosfir.
penentuan beda tinggi dengan cara mengamati tekanan udara di suatu tempat lain
yang dijadikan referensi dalam hal ini misalnya elevasi ± 0,00 meter permukaan
air laut rata – rata.
3.3
Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
Untuk mendapatkan
hubungan mendatar titik - titik yang diukur di atas permukaan bumi maka
perlu dilakukan pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah pengukuran
kerangka dasar Horizontal. Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan data sudut
mendatar yang diukur pada skafa lingkaran yang letaknya mendatar. Bagian-bagian
dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah :
ü Metode Poligon
ü Metode Triangulasi
ü Metode Trilaterasi
ü Metode kuadrilateral
ü Metode Pengikatan ke muka
ü Metode Pengikatan ke belakang cara Collins dan Cassini
3.3.1
Metode Poligon
Poligon
digunakan apabila titik - titik yang akan di cari koordinatnya terletak
memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan
Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal
yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik - titik
pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode
penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk
daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan
pilihan yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah
menyesuaikan diti dengan keadaan daerah/lapangan.
Penentuan
koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan:
·
Koordinat Awal
Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah
dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi atau
titik - titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan
dipatokkan. Bila dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM
kemudian beri harga koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai
acuan untuk titik - titik lainya.
·
Koordinat Akhir
Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan
koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem koordinat
yang sama dengan koordinat awal
·
Azimuth Awal
Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi
dari system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat di tempuh
dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
o
Hasil hitungan dari
koordinat titik - titik yang telah diketahui dan akan dipakai sebagai tititk
acuan system koordinatnya.
o
Hasil pengamatan
astronomis (matahari).
Pada salah satu titik
poligon sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari titik yang bersangkutan.
Dan selanjutnya dihasilkan azimuth kesalah satu poligon tersebut dengan
ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth matahari).
·
Data Ukuran Sudut dan
Jarak
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik kontrol perlu
diukur dilapangan.
3.3.2
Metode Pengukuran Triangulasi
Triangulasi digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai ukuran
panjang dan lebar yang sama, maka dibuat jaring segitiga. Pada cara ini sudut
yang diukur adalah sudut dalam tiap - tiap segitiga. Metode Triangulasi.
Pengadaan kerangka dasar horizontal di Indonesia dimulai di pulau Jawa oleh
Belanda pada tahun 1862. Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan Belanda
ini dikenal sebagai titik triangulasi, karena pengukurannya menggunakan cara
triangulasi. Hingga tahun 1936, pengadaan titik triangulasi oleh Belanda ini
telah mencakup pulau Jawa dengan datum Gunung Genuk, pantai Barat Sumatra
dengan datum Padang, Sumatra Selatan dengan datum Gunung Dempo, pantai Timur
Sumatra dengan datum Serati, kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombik dengan
datum Gunung Genuk, pulau Bangka dengan datum Gunung Limpuh, Sulawesi dengan
datum Moncong Lowe, kepulauan Riau dan Lingga dengan datumGunung Limpuh
dan kalimantan Tenggara dengan datum Gunung Segara. Posisi horizontal (X,
Y) titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Mercator, sedangkan posisi
horizontal peta topografi yang dibuat dengan ikatan dan pemeriksaan ke titik
triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Polyeder. Titik triangulasi buatan
Belanda tersebut dibuat berjenjang turun berulang, dari cakupan luas paling
teliti dengan jarak antar titik 20 - 40 km hingga paling kasar pada cakupan 1 -
3 km.
3.3.3
Metode
Pengukuran Trilaterasi
Trilaterasi digunakan apabila daerah yang diukur ukuran salah
satunya lebih besar daripada ukuran lainnya, maka dibuat rangkaian segitiga.
Pada cara ini sudut yang diukur adalah semua sisi segitiga. Metode Trilaterasi
yaitu serangkaian segitiga yang seluruh jarak - jaraknya di ukur di lapangan.
Pada jaring segitiga akan selalu diperoleh suatu titik sentral atau
titik pusat. Pada titik pusat tersebut terdapat beberapa buah sudut yang
jumlahnya sama dengan 360 derajat.
3.3.4
Metode
Pengukuran Pengikatan Ke Muka
Pengikatan ke muka
adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik di lapangan tempat
berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri
target (rambu ukur, benang, unting - unting) yang akan diketahui koordinatnya
dari titik tersebut. Garis antara kedua titik yang diketahui koordinatnya
dinamakan garis absis. Sudut dalam yang dibentuk absis terhadap target di titik
B dinamakan sudut beta. Sudut beta dan alfa diperoleh dari lapangan.
Pada metode ini,
pengukuran yang dilakukan hanya pengukuran sudut. Bentuk yang digunakan metoda
ini adalah bentuk segi tiga. Akibat dari sudut yang diukur adalah sudut yang
dihadapkan titik yang dicari, maka salah satu sisi segitiga tersebut harus
diketahui untuk menentukan bentuk dan besar segitinya.
3.3.5
Metode
Pengukuran Collins dan Cassini
Metode pengukuran
Collins dan Cassini merupakan salah satu metode dalam pengukuran kerangka dasar
horizontal untuk menentukan koordinat titik - titik yang diukur dengan cara
mengikat ke belakang pada titik tertentu dan yang diukur adalah sudut - sudut
yang berada di titik yang akan ditentukan koordinatnya. Pada era mengikat ke
belakang ada dua metode hitungan yaitu dengan cara Collins dan Cassini.
Adapun perbedaan pada
kedua metode di atas terletak pada cara perhitungannya, cara Collins
menggunakan era perhitungan logaritma. Adapun pada metode Cassini menggunakan
mesin hitung. Sebelum alat hitung berkembang dengan balk, seperti masa kini
maka perhitungan umumnya dilakukan dengan bantuan daftar logaritma. Adapun
metode Cassini menggunakan alat hitung karena teori ini muncul pada saat adanya
alat hitung yang sudah mulai berkembang. Pengikatan kebelakang metode Collins
merupakan model perhitungan yang berfungsi untuk mengetahui suatu letak titik
koordinat, yang diukur melalui titik-titik koordinat lain yang sudah diketahui.
Pada pengukuran
pengikatan ke belakang metode Collins, alat theodolite ditegakkan di atas titik
yang ingin atau belum diketahui koordinatnya. Misalkan titik itu diberi nama
titik P. titik P ini akan diukur melalui titik-titik lain yang koordinatnya
sudah diketahui terlebih dahulu. Misalkan titik lainnya itu titik A, B,
dan titik C. Pertama titik P diikatkan pada dua buah titik lain yang telah
diketahui koordinatnya, yaitu diikat pada titik A dan titik B. Ketiga titik
tersebut dihubungkan oleh suatu lingkaran dengan jari - jari tertentu, sehingga
titik C berada di luar lingkaran.
Kemudian tariklah titik
P terhadap titik C. Dari hasil penarikan garis P terhadap G akan memotong tali
busur lingkaran, dan potongannya akan berupa titik hasil dari pertemuan
persilangan garis dan tali busur. Titik itu diberi nama titik H, dimana titik H
ini merupakan titik penolong Collins. Sehingga dari informasi koordinat titik
A, B, dan G serta sudut-sudut yang dibentuknya, maka koordinat titik P akan
dapat diketahui.
Sedangkan Metode
Cassini adalah cara pengikatan kebelakang yang menggunakan mesin hitung atau
kalkulator. Pada cara ini theodolit diletakkan diatas titik yang belum
diketahui koordinatnya.
Pada cara perhitungan
Cassini memerlukan dua tempat kedudukan untuk menentukan suatu titik yaitu
titik P. Lalu titik P diikat pada titik - titik A, B dan C. Kemudian Cassini
membuat garis yang melalui titik A dan tegak lurus terhadap garis AB serta
memotong tempat kedudukan yang melalui A dan B, titik tersebut diberi nama
titik R. Sama halnya Cassini pula membuat garis lurus yang melalui titik C dan
tegak lurus terhadap garis BC serta memotong tempat kedudukan yang melalui B
dan C, titik tersebut diberi nama titik S. Sekarang hubungkan R dengan P
dan S dengan P. Karena 4 BAR = 900, maka garis BR merupakan garis tengah
lingkaran, sehingga 4 BPR = 900. Karena ABCS= 900 maka garis BS merupakan garis
tengah lingkaran, sehinggga aBPR = 900. Maka titik R, P dan S terletak di satu
garus lurus. Titik R dan S merupakan titik penolong Cassini. Untuk mencari
koordinat titik P, lebih dahulu dicari koordinat - koordinat titik - titik
penolong R dan S, supaya dapat dihitung sudut jurusan garis RS, karena PB 1 RS,
maka didapatlah sudut jurusan PB, dan kemudian sudut jurusan BP untuk dapat
menghitung koordinat-koordinat titik P sendiri dari koordinat - koordinat titik
B.
3.4
Pengukuran Titik Detail
Untuk keperluan
pengukuran dan pemetaan selain pengukuran Kerangka Dasar Vertikal yang
menghasilkan tinggi titik - titik ikat dan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
yang menghasilkan koordinat titik - titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran
titik - titik detail untuk menghasilkan yang tersebar di permukaan bumi yang
menggambarkan situasi daerah pengukuran. Dalam pengukuran titik - titik
detail prinsipnya adalah menentukan koordinat dan tinggi titik - titik detail
dari titik-titik ikat. Metode yang digunakan dalam pengukuran titik - titik
detail adalah metode offset dan metode tachymetri. Namun metode yang sering
digunakan adalah metode Tachymetri karena Metode tachymetri ini relatif cepat
dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut
horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan
tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi
planimetris X, Y dan ketinggian Z
3.4.1
Metode
Pengukuran Offset
Metode offset adalah pengukuran titik - titik menggunakan alat alat
sederhana yaitu pita ukur, dan yalon. Pengukuran untuk pembuatan peta cara
offset menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa disebut cara
rantai (chain surveying). Alat bantu lainnya adalah :
·
Alat Pembuat
Sudut Siku Cermin
·
Prisma
Baurenfiend
·
Jalon
·
Pita Ukur
Dari jenis peralatan
yang digunakan ini, cara offset biasa digunakan untuk daerah yang relatif datar
dan tidak luas, sehingga kerangka dasar untuk pemetaanyapun juga dibuat dengan
cara offset. Peta yang diperoleh dengan cara offset tidak akan menyajikan
informasi ketinggian rupa bumi yang dipetakan.
Cara pengukuran titik
detil dengan cara offset ada tiga cara:
1.
Cara siku - siku (cara garis
tegak lurus),
2.
Cara mengikat (cara
interpolasi),
3.
Cara gabungan keduanya.
3.4.2
Metode
Pengukuran Tachymetri
Metode tachymetri
adalah pengukuran menggunakan alat - alat optis, elektronis, dan digital.
Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur di atas
titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk
pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke
rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta
sudut miring . Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada
segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan
pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman
topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak lurus dan
jarak miring "direduksi" menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal.
Pada gambar, sebuah
transit dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang pada titik tertentu.
Dengan benang silang tengah dibidikkan pada rambu ukur sehingga tinggi t sama
dengan tinggi theodolite ke tanah.
Sudut vertikalnya
(sudut kemiringan) terbaca sebesar a. Perhatikan bahwa dalam pekerjaan
tachymetri tinggi instrumen adalah tinggi garis bidik diukur dari titik yang
diduduki (bukan TI, tinggi di atas datum seperti dalam sipat datar). Metode
tachymetri itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi sejumlah besar detail
topografik, baik horizontal maupun vetikal, dengan transit atau planset. Di
wilayah - wilayah perkotaan, pembacaan sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih
cepat dari pada pencatatan pengukuran dan pembuatan sketsa oleh pencatat.
Tachymetri
"diagram' lainnya pada dasarnya bekerja atas bekerja atas prinsip yang,
sama sudut vertikal secara otomatis dipapas oleh pisahan garis stadia yang beragam.
Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai sebuah garis horizontal tetap pada sebuah
diafragma dan garis horizontal lainnya pada diafragma keduanya dapat bergerak,
yang bekerja atas dasar perubahan sudut vertikal. Kebanyakan alidade planset
memakai suatu jenis prosedur reduksi tachymetri.
BAB IV
Penutup
4.1
Kesimpulan
Survey atau surveying
didefinisikan sebagai pengumpulan data yang berhubungan dengan pengukuran
permukaan bumi dan digambarkan melalui peta atau digital. Alat-alat yang biasa
dipakai kegiatan survei sebagai berikut: Peta topografi, Kompas Geologi, Jarum
Kompas, Lingkaran Pembagian Derajat, Klinometer, Palu Geologi, Lup, Pita Ukur, Kantong Batuan, Larutan HCl, Buku
Catatan, Kamera, Tas Lapangan, Water Pass dan Theodolite
Dari kegiatan ini akan
dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan
geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang
bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut
mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi
selanjutnya.
Adapun Kesalahan dalam
kegiatan survey dan pemetaan tidak hanya terjadi pada proses pengukuran
lapangan saja, dapat juga terjadi pada proses prosesing data-penggunaan system
koordinat dan transformasinya, penyajian data dalam bentuk peta. Kesalahan
survey dalam penambangan berarti akan menyajikan data dan gambaran/peta yang
salah,
Pengukuran dan Pemetaan
pada dasarnya dibagi menjadi 2, yaitu:
a.
Geodetic Surveying
b.
Plan Surveying
Ilmu
ukur tanah pada dasarnya terdiri dari tiga bagian besar yaitu :
o Pengukuran kerangka dasar Vertikal (KDV)
Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran
kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya
berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu.
Pengukuran kerangka Dasar vertical pada dasarnya ada 3 metode,
yaitu:
·
Metode
pengukuran kerangka dasar sipat datar optis;
·
Metode
pengukuran Trigonometris; dan
·
Metode
pengukuran Barometris.
o Pengukuran kerangka dasar Horizontal (KDH)
Pengukuran kerangka dasar horizontal adalah untuk mendapatkan
hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi maka perlu
dilakukan pengukuran mendatar. Bagian-bagian dari pengukuran kerangka dasar
horizontal adalah :
·
Metode Poligon
·
Metode
Triangulasi
·
]Metode
Trilaterasi
·
Metode
kuadrilateral
·
Metode
Pengikatan ke muka
·
Metode pengikatan ke belakang cara Collins dan
cassini
o Pengukuran Titik-titik Detail
Dalam pengukuran titik - titik detail prinsipnya adalah menentukan
koordinat dan tinggi titik - titik detail dari titik-titik ikat.Bagian-bagian
dari pengukuran tersebut, yaitu:
·
Metode
Pengukuran Offset
·
Metode
Pengukuran Tachymetri
4.2
Saran
Didalam makalah ini penulis memberikan pendapat bahwa pentingnya kegiatan
survei, kegiatan survei itu seperti sebuah pondasi awal kegiatan pertambangan.
Oleh sebab itu, diperlukannya pengukuran yang lebih teliti dan patut
dipertanggung jawabkan.
Link Download Film KAMU GA KUAT BIAR AKU AJA SUPER HD 2018
BalasHapus